Selasa, 06 Maret 2012

AKU SANG KEPARAT

Aku adalah batu yang berdiri congkak diantara rapuh kehidupan. Aku benci semua jerit menghiba pengharapan. Aku tak mengenal kesusahan, jadi tak perlu kau ceritakan kesengsaraan. Aku adalah batu. Meski jeritmu menembus langit, aku tak akan perduli! Tak akan kudengar jeritanmu. Meski kau hancurkan aku menjadi debu sekalipun, aku tak perduli. Jeritanmu hanya mengotori rongga kulitku. Aku benci semua teriakmu. Mengapa tak kau kutuk Tuhanmu yang memberi kesengsaraan. Aku adalah gelap malam. Aku tak butuh pencahayaan. Meskipun kau terbitkan siang, aku tak akan perduli deritamu. Aku adalah kuasa. Aku hanya butuh darahmu kaum jelata. Semakin banyak darahmu kau serahkan, aku semakin berkuasa. Aku tak perduli kau terluka, karena kau hanya bangsa jelata. Aku benci mendengar teriakanmu, karena itu hanya membuat telingaku menganga. Aku hanya anjing keparat yang setiap saat siap memangsamu kaum jelata. Naluri binatangku sudah menguasa, tak akan ada yang bisa merubahnya. Kesengsaraan adalah bahagiaku. Kenistaan kaummu jelata! Adalah kehormatanku. Aku tak perduli suara hati. Hatiku telah menjadi batu. Aku telah menghalalkan dosa, karena bagiku itu sebuah pahala. Aku butuh kaummu jelata untuk tumbalku sang penguasa. Kau lihat taring-taring ini semakin memanjang. Dia siap menggigit dan menghisapmu, kaum jelata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar