Senin, 08 November 2010

RAKYAT HANYA MENJADI KOMODITI PEMILU.

Semua untuk rakyat,kesehatan,pendidikkan,lapangan kerja serta taraf kehidupan layak.Kata- kata itu terasa sangat merdu diucapkan para politikus disaat mulai berkampanye untuk merebut simpati rakyat yang katanya akan diperjuangkan hak-haknya.Tebar pesona dari jauh-jauh hari pun sudah mulai diterapkan.Mulai pemasangan Baleho,Spanduk dan perangkat kampanye lainnya.Janji-janji manis, seolah-olah hanya nyanyian dongeng sebelum tidur, yang begitu orok merah tertidur pulas nyanyian tersebut hilang, dibawa harapan orang tua tentang pindidikan anaknya kelak lebih baik. Aku tertoleh,melihat seorang kakek tua yang mengharap sepucuk amplop dari seseorang yang membagi-bagikan sesuatu kepada rakyat yang tanpak lapar,bringas berebut amplop yang hanya berisi uang Rp 20.000,-.Mereka tak perduli diatas panggung orang berkoar tentang janji-janji,dalam pemikiran mereka hari ini Rp 20.000,-besok siapa lagi yang akan membagi-bagikan kaos,sembako,atau amplop yang berisikan uang.Hal seperti ini sangat disukai politikus yang berambisi menduduki jabatan penting baik di Pemerintah Daerah,Legislatif,maupun di Pusat sekalipun.Keadaan seperti ini di saat rakyat kehidupannya memang susah,dan bodoh suara mereka bisa dibeli dengan uang tak lebih dari Rp 50.000,-.Rakyat tidak tahu dan merasa, dengan uang sebesar itu bahwa mereka sudah di bodohi,mereka hanya berfikir dengan uang tersebut mereka bisa berlibur dan menikmati uang tersebut satu hari.Kenyataannya Politikkus yang berhasil membeli suara Rakyat,kehidupannya bertambah kaya,dengan mobil mewah,serta mempunyai sosial tinggi.Mereka sudah di panggil Wakil Rakyat walau terkadang tidak mewakili Rakyatnya.Mereka tidak ada di saat di butuhkan.Mereka tidur di saat sidang tentang Rakyat.Mereka tertawa riang ketika akan berangkat studi banding. Mereka lupa sudah mengucapkan janji,mereka terkadang tak berpihak.Jadikan Kami cerdas,jadikan kami sehat,juga beri Kami pekerjaan, mana hidup layak seperti yang sudah engkau janjikan ...............?

Sabtu, 06 November 2010

KORUPSI,SANGSI,DAN KENIKMATANNYA

 Tingkat kebocoran uang APBD Lampung sangat rentan dan tingkat kebocoran yang tinggi.Pendapat ini bukan tanpa alasan,hasil survey sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat ( LSM ) Aliansi Pemantau Korupsi  (APK) keberapa Dinas Propinsi baik Dinas Kabupaten kota.Maraknya pungli di pelelangan tender paket proyek jalan, gedung,maupun paket pengadaan barang dan jasa.Pihak rekanan terkadang mengeluh dengan setoran paket dengan presentase tinggi yang sehingga nilai anggaran sudah tersunat 10 sampai 20 persen. Belum lagi permohonan tanda tangan pejabat terkait yang menangani proyek tersebut ,yang mana dalam bahasa santun di diartikan ucapan terimakasih yang pasti mengeluarkan biaya.Sangsi pidana yang tidak membuat efek jera juga punya kontribusi kebocoran anggaran pemerintah daerah maupun pusat.Mulai dari pemeriksaan berita acara, sampai menjalani hukuman, seorang koruptor mendapat pasilitas, yang bukan menjadi rahasia lagi sangat membuat para koruptror seolah olah mendapat sorga baru di dalam penjara. Sehingga korupsi menjadi kenikmatan sendiri bagi pelakunya,juga korupsi seperti Narkoba yang dicoba sekali akan membuat ketagihan pemakainya.